24 Juli 2007

Mengaji Tiap Hari Yuk

Meskipun sedikit, satu ayat, atau satu ruku' lah, ga usah pelit-pelit, kita buat tiap hari tanpa absen seharipun untuk melantunkan ngaji yuk ?
Kalau ba'da maghrib sibuk, bisa ba'da isya, atau sebelum tidur, atau setelah shubuh sebelum mandi sambil nungguin kamar mandi kosong, juga boleh, yang penting sehari udah mengaji.
Kalau ga sempet meng-kaji / membaca tafsir-nya juga gak papa, ga usah jadi alasan untuk males buka alquran yang berada di rak kita, dan melantunkannya sampai minimal 1 ekor nyamuk atau 1 ekor semut mendengarkan suara kita melagukannya, ga usah merasa malu, sungkan, minder, isin, sok alim, alah....
Baca doank satu ruku' tuh bentar banget kok 5 menitan deh.
10 menit lah paling parah.
Apalagi satu ayat, wah..

Seperti kutipan artikel sederhana berikut (saya dapat dari milis id-BB hari ini):


========================================================

Dari milis sebelah.
Sebuah cerita yang indah.

MENGAPA KITA MEMBACA AL-QUR'AN, MESKIPUN KITA TAK MENGERTI SATUPUN KATA BAHASA ARAB

Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah perkebunan/area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya. Setiap pagi Sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca Al-qur'an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan memcoba menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari. Suatu hari ia bertanya pada kakeknya : " Kakek, aku coba membaca Al-Qur'an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya, dan walaupun ada sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya ?

Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian, memjawab pertanyaan sang cucu : "Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air." Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, "Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali ". Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah. Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk menggati keranjangnya. Kakeknya mengatakan : "Aku tidak ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras. " dan dia pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil / mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi. Dengan terengah-engah, ia berkata: "Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja".

Sang kakek menjawab : "Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya ?. Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu ." Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam. " Cucuku, apa yang terhadi ketika kamu membaca Qur'an ? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam. Itulah pekerjaan Allah dalam mengubah kehidupan kamu.
***
So, keep reading Qur'an yuk!
Since this month is Rajab. Jangan lupa setelah sholat membaca: Allahumma baariklana fii Rajabi wa Sya'ban, wa balighna ramadhan.

Semoga qta termasuk hamba-Nya yang masih diberi kesempatan mendapatkan keberkahan di bulan Rajab dan Sya'ban dan bertemu dengan Ramadhan untuk meraih kemenangannya.

=======================================


Wassalam,
Anwar S.

23 Juli 2007

Mengikuti Pengkajian Shalat Khusyu'

Kemarin (Minggu, 22 Juli 2007) saya ikut acara pengajian di Masjid BI for the first time,
mengenai Shalat Khusyu' oleh Ustadz Abu Sangkan.

Separuh ceramah separuh praktek.
Saya coba buat orat-oretan mengenai apa yang saya tangkap sebagai kesan yang saya dapat.

Sebelumnya, sebaiknya teman-teman baca buku-nya Abu Sangkan yang bertajuk Pelatihan Shalat Khusyu' atau baca-baca artikel beliau.

Acara kemarin, sebenarnya Ustadz malah jarang menyebutkan kata khusyu', tapi lebih bagaimana merasakan nikmatnya shalat, sehingga kita tidak memandangnya suatu kewajiban.
Hasil yang kita dapatkan pada praktek yoga atau meditasi kita dapatkan juga dari shalat.
Akan tetapi shalat itu sendiri mempunyai hasil yang lebih dari sekedar yoga atau meditasi.
Shalat mencakup 3 hal sehingga kita bisa merasakan kenikmatannya, tapi sebenarnya bukan sesuatu yang sulit.

1. Fisik
Kondisikan fisik badan rileks, rasakan hasilnya air wudhu, regangkan otot (terutama otot punggung) apabila fisik kita capek, tegang, stress.
Bahkan ketika sakitpun, kita rilekskan badansebisanya, karena sejatinya shalat itu penyembuh sakit bukan malah menambah beban sakit.

2. Otak / Mindset / Isi Kepala
Otak adalah pusat kendali seluruh tubuh, 20% oksigen berada di sini.
maka kembalikan 20% oksigen yang berkurang itu (akibat aktivitas sehari2).
Tenangkanlah pikiran, hilangkan keresahan duniawi, bermaaf-maafkanlah dahulu kepada orang sekitar hingga bersih dari ganjalan atau hubungan kurang baik dengan mereka, seperti halnya berlebaran.
Jernihkan pikiran, tanpa ada beban.
Seperti banyak dokter bilang, sehat fisik itu kuncinya adalah sehat pikiran,
nah kondisikan pikiran seperti ini.
Insya Allah teman-teman mengerti maksudnya.

Nah, namanya yoga atau meditasi, juga mengandung 2 point di atas,
tetapi shalat butuh 1 lagi, dan inilah yang membedakannya, dan menempatkan shalat sebagai kegiatan meditasi terbaik di dunia.
Bagaimana bukan yang terbaik kalau Rasulullah mendapatkannya saja melalui Mi'raj ke langit di atas sana, itupun masih memperjuangkannya dari caci-makian saudara-saudara dan manusia di kala itu.
Kita saat ini enak banget, tinggal pakai, masa ya masih ada rasa malu dan enggan untuk melakukannya dengan benar.
Masya Allah.
(sesuai yang Ustadz Abu Sangkan kurang lebih sampaikan)

Point ketiga:
3. Hati
Intinya adalah penyerahan segala sesuatu yang ada pada diri kepada Allah, Allah semata.
Serahkan, pasrahkan, karena semua ini milik Allah.


Tiga point tersebut tercermin pada gerakan shalat, di antaranya:

Ruku,
Gerakan yang meregangkan otot punggung, dan merilekskan kepala termasuk otak di dalamnya.
Hati kita ? Jatuhkalah ke tanah, serendah2nya di hadapan Allah.

I'tidal,
Kondisi badan menjadi fresh, kembali ke nol, hasil dari ruku, silakan dirasakan dan dinikmati keadaannya.

Sujud,
Tindak lanjut yang lebih dalam dari gerakan ruku tadi,
kepala benar2 di bawah, menempel tanah, seluruh darah dan oksigen masuk mengisi kepala dan otak.
Hati kita semakin dalam semakin rendah kepada Allah semaki dekat kepada Allah semakin terasa.
Semakin kita serahkan segala sesuatu kepada-Nya maka semakin terasa kedekatan-Nya.

Duduk di antara dua sujud,
Sekarang berdoalah, Allah bersama kamu, doamu sangat terdengar oleh Allah, ucapkanlah doa Rabighfirli Warhamni dst ...


Selanjutnya mengenai Wirid,
Intinya adalah semua yang kita ucapkan hanya untuk mengagungkan Allah semata,
Meski di bibir berbisik, tetapi perdengarkan suara yang keras ke telinga kita dengan kata ALLAH.
Kondisi kedekatan dengan Allah juga sama seperti shalat,
tetep syahdu, kepala leher tetap lemas, tetap menyerahkan segalanya kepada Allah.
Silakan berdoa meminta apa saja dalam kondisi ini,
Insya Allah, Allah akan memberikannya.
Amin.


Baik,
Ini saja yang bisa saya tuangkan,
Kalau ada yg salah dan kurang atas kelalaian saya pada tulisan di atas, mohon maafkan, dan bisa kita tanyakan dan koreksikan ke Ustadz Abu Sangkan.

Wassalam,
Anwar S.

21 Juli 2007

Belajar Shalat

Alhamdulillah ..

3 malam terakhir berturut2 bisa bangun dini hari jam 2:50, meskipun mungkin litle too late untuk mendapatkan 2/3 malam, tapi rasanya bahagia bisa bangun jam segini untuk mencari kesempatan bisa bertemu lebih dekat dengan-Nya daripada di waktu siangnya.
Sepertinya si jin partnerku mulai mendapatkan kebiasaan untuk membangunkan aku jam segini, meskipun semalam aku tidur terlalu larut jam 12 kurang, mentang2 besoknya Sabtu, dan tanpa ada alarm berbunyi.
Semoga ini berkelanjutan untuk malam-malam selanjutnya.
Amin.

Anyway tidak bisa dipungkiri tempat curhat segala hal termasuk yang "sok dramatis" sekalipun,
paling enak dan menyegarkan adalah ke Sang Pembuat segala sesuatu, segala apa saja,
segala benda-makhluk-wujud,
segala hal-urusan-keadaan-situasi-masalah,
termasuk Yang Membuat "aku ada".
Gimana ya rasanya kalau sampai saat ini aku "belum ada", belum dilahirkan di dunia.
Rasanya.... bagaimana .. aku ga ada ... aku ... belum ada .. saat ini .. rasanya ..
Ya Allah..

Pikiran "aku ada" ini sebenarnya sudah muncul sejak umurku 7-8 tahun pas ngelamun di sawah terbentang di depan rumah.
Tapi setidaknya, pikiran ini bisa ikut membantu memulai melepaskan diri dari segala sesuatu duniawi, tidak takut dan resah dan malu kepada apapun dan siapapun di dunia sekitar,
setiap kali mau melantunkan niat shalat sebelum takbiratul ikhram.
Berat memang untuk dapat merasakan kenikmatan shalat, merasakan kedekatan-Nya di kala shalat ..
Ya Allah jagalah pikiran saya dari godaan khayalan dunia ..
Ya Allah terimalah shalat saya ..

Mulai hampir 2 bulan yang lalu, saya memang baru menyadari, shalat saya selama ini tidak benar.
Meskipun saya tidak bisa meninggalkan shalat sedari kecil, TETAPI shalat saya :
Terburu-buru.
Menunda waktu karena kegiatan duniawi.
Tidak tahu bahwa shalat ada rasa yang bisa dinikmati.
Hanya suatu kewajiban.
Dan lebih parah lagi, pikiran ini ngelantur, meloncat-loncat, berlari-lari, terombang-ambing tak karuan, oleh tarikan-tarikan khayalan perihal duniawi, baik short term maupun long term,
meskipun gerakan fisik sopan, ucapan sesuai, tatapan tidak pernah pergi dari tempat sujud, terlihat orang yang sedang shalat.
dan sebagainya dan sebagainya pokoknya badan shalat tapi pikiran jarang ikut shalat.
Masya Allah..
Mana bisa shalat seperti ini diterima ?? Mana bisa ?? Apa bedanya dengan tidak shalat ??
Apa bedanya dengan beberapa teman sekitar yang enggan shalat meskipun sekali-sekali aku sindir mengajak dia untuk shalat.
Secerdas apapun, secemerlang apapun, seidola apapun, sehebat apapun, secantik seganteng semenawan apapun, sebijaksana apapun kamu di dunia ini, di kantor ini, di lapangan ini, di jalanan ini, di majelis ini, di rumah ini, di panggung ini, di kegiatan sehari-harimu ini, di dunia ini,
kalau tidak shalat, atau shalatmu tidak diterima,
ngapain HIDUP ?? kalau akhirnya kelak kesengsaraan tanpa akhir yang akan kamu dapatkan di dunia selanjutnya.
ngapain HIDUP ??

Ya Allah ...
Beradalah dekat dengan saya terus walau apapun yang saya lakukan sehari-hari.
Jagalah mata saya untuk tidak liar.
Jagalah mulut saya supaya bisa membahagiakan semua, tidak menyakiti atau mengecewakan seorangpun.
Jagalah kaki tangan saya.
Jagalah semua gerakan, sikap, keputusan saya.
Jagalah pikiran saya untuk tidak berkhayal tidak berguna ke mana-mana di kala tidak melakukan apa-apa.
Jagalah terlebih lagi nafsu saya.
Batasi saya.
Jadikan saya "baik" selalu di bagi orang lain sekitar tanpa terkecuali.
Jangan jadikan saya sombong bagi orang yang menganggap saya lebih.
Jangan jadikan saya sampah bagi orang yang menganggap saya kurang.

Dan buatlah saya selalu bisa mendirikan shalat yang bisa Kau terima.

Amin.

(maaf apabila ada perkataan saya yang keliru dan mengecewakan tolong beritahu saya, dan terima kasih apabila ada pembaca yang ikut sedikit mengerti dan memaklumi saya)