21 Juli 2007

Belajar Shalat

Alhamdulillah ..

3 malam terakhir berturut2 bisa bangun dini hari jam 2:50, meskipun mungkin litle too late untuk mendapatkan 2/3 malam, tapi rasanya bahagia bisa bangun jam segini untuk mencari kesempatan bisa bertemu lebih dekat dengan-Nya daripada di waktu siangnya.
Sepertinya si jin partnerku mulai mendapatkan kebiasaan untuk membangunkan aku jam segini, meskipun semalam aku tidur terlalu larut jam 12 kurang, mentang2 besoknya Sabtu, dan tanpa ada alarm berbunyi.
Semoga ini berkelanjutan untuk malam-malam selanjutnya.
Amin.

Anyway tidak bisa dipungkiri tempat curhat segala hal termasuk yang "sok dramatis" sekalipun,
paling enak dan menyegarkan adalah ke Sang Pembuat segala sesuatu, segala apa saja,
segala benda-makhluk-wujud,
segala hal-urusan-keadaan-situasi-masalah,
termasuk Yang Membuat "aku ada".
Gimana ya rasanya kalau sampai saat ini aku "belum ada", belum dilahirkan di dunia.
Rasanya.... bagaimana .. aku ga ada ... aku ... belum ada .. saat ini .. rasanya ..
Ya Allah..

Pikiran "aku ada" ini sebenarnya sudah muncul sejak umurku 7-8 tahun pas ngelamun di sawah terbentang di depan rumah.
Tapi setidaknya, pikiran ini bisa ikut membantu memulai melepaskan diri dari segala sesuatu duniawi, tidak takut dan resah dan malu kepada apapun dan siapapun di dunia sekitar,
setiap kali mau melantunkan niat shalat sebelum takbiratul ikhram.
Berat memang untuk dapat merasakan kenikmatan shalat, merasakan kedekatan-Nya di kala shalat ..
Ya Allah jagalah pikiran saya dari godaan khayalan dunia ..
Ya Allah terimalah shalat saya ..

Mulai hampir 2 bulan yang lalu, saya memang baru menyadari, shalat saya selama ini tidak benar.
Meskipun saya tidak bisa meninggalkan shalat sedari kecil, TETAPI shalat saya :
Terburu-buru.
Menunda waktu karena kegiatan duniawi.
Tidak tahu bahwa shalat ada rasa yang bisa dinikmati.
Hanya suatu kewajiban.
Dan lebih parah lagi, pikiran ini ngelantur, meloncat-loncat, berlari-lari, terombang-ambing tak karuan, oleh tarikan-tarikan khayalan perihal duniawi, baik short term maupun long term,
meskipun gerakan fisik sopan, ucapan sesuai, tatapan tidak pernah pergi dari tempat sujud, terlihat orang yang sedang shalat.
dan sebagainya dan sebagainya pokoknya badan shalat tapi pikiran jarang ikut shalat.
Masya Allah..
Mana bisa shalat seperti ini diterima ?? Mana bisa ?? Apa bedanya dengan tidak shalat ??
Apa bedanya dengan beberapa teman sekitar yang enggan shalat meskipun sekali-sekali aku sindir mengajak dia untuk shalat.
Secerdas apapun, secemerlang apapun, seidola apapun, sehebat apapun, secantik seganteng semenawan apapun, sebijaksana apapun kamu di dunia ini, di kantor ini, di lapangan ini, di jalanan ini, di majelis ini, di rumah ini, di panggung ini, di kegiatan sehari-harimu ini, di dunia ini,
kalau tidak shalat, atau shalatmu tidak diterima,
ngapain HIDUP ?? kalau akhirnya kelak kesengsaraan tanpa akhir yang akan kamu dapatkan di dunia selanjutnya.
ngapain HIDUP ??

Ya Allah ...
Beradalah dekat dengan saya terus walau apapun yang saya lakukan sehari-hari.
Jagalah mata saya untuk tidak liar.
Jagalah mulut saya supaya bisa membahagiakan semua, tidak menyakiti atau mengecewakan seorangpun.
Jagalah kaki tangan saya.
Jagalah semua gerakan, sikap, keputusan saya.
Jagalah pikiran saya untuk tidak berkhayal tidak berguna ke mana-mana di kala tidak melakukan apa-apa.
Jagalah terlebih lagi nafsu saya.
Batasi saya.
Jadikan saya "baik" selalu di bagi orang lain sekitar tanpa terkecuali.
Jangan jadikan saya sombong bagi orang yang menganggap saya lebih.
Jangan jadikan saya sampah bagi orang yang menganggap saya kurang.

Dan buatlah saya selalu bisa mendirikan shalat yang bisa Kau terima.

Amin.

(maaf apabila ada perkataan saya yang keliru dan mengecewakan tolong beritahu saya, dan terima kasih apabila ada pembaca yang ikut sedikit mengerti dan memaklumi saya)

1 komentar:

dodonpah mengatakan...

Keep ur spirit bro.... :)